IMM FKIP UNISMUH Makassar

Makassar — Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar sukses menyelenggarakan kegiatan Jelajah Budaya bertajuk Appilajara’ Sejarah: Merefleksi Sejarah Kota Makassar pada Rabu, 19 Maret 2025. Kegiatan ini diikuti oleh 31 peserta dengan tujuan memperdalam pemahaman sejarah Kota Makassar serta memperkaya wawasan seni dan budaya lokal.

Kegiatan ini diawali dengan kunjungan ke Museum Kota Makassar, di mana peserta diperkenalkan dengan berbagai artefak dan dokumentasi sejarah yang menggambarkan perjalanan Kota Makassar dari masa Kerajaan Gowa-Tallo hingga era modern. Setelah itu, peserta melanjutkan eksplorasi ke Benteng Rotterdam, salah satu situs bersejarah yang menjadi saksi perjuangan rakyat Makassar melawan kolonialisme.

Asyifatul Haifa selaku Ketua Bidang Seni dan Budaya PIKOM IMM FKIP Unismuh Makassar, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung dalam memahami sejarah sebagai bagian dari identitas masyarakat.

“Kami berharap melalui kegiatan ini, peserta dapat merasakan kedekatan yang lebih nyata dengan sejarah Kota Makassar serta menyadari pentingnya menjaga situs budaya sebagai warisan yang harus dilestarikan” ujarnya.

Puncak acara diisi dengan sesi kajian budaya yang menghadirkan Kakanda Muh. Riswan Sibali, Sekretaris Bidang Buruh Tani dan Nelayan DPD IMM Sulsel 2024-2026, sebagai narasumber. Dalam kajian ini, ia membahas perspektif Muhammadiyah terhadap budaya, menegaskan bahwa “budaya bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga dapat menjadi instrumen dakwah dan penguatan identitas umat”

Faris Abdurrahman sebagai Ketua Umum PIKOM IMM FKIP pun menyampaikan argumentasinya. Menurutnya, memahami sejarah adalah langkah penting dalam membangun kesadaran kolektif untuk menjaga identitas dan nilai-nilai budaya.

“Sebagai generasi muda, kita harus menghargai dan mempelajari sejarah, karena dari sanalah kita bisa memahami perjuangan orang-orang terdahulu dan mengambil pelajaran untuk masa depan” ungkapnya.

Sebagai penutup, kegiatan Appilajara’ Sejarah ini menjadi bukti bahwa sejarah tidak hanya bisa dipelajari melalui teks akademik, tetapi juga harus dirasakan dan dialami secara langsung.